Tugas Biologi Sel: Simbiosis Antara Legume dengan Bintil Akar



Simbiosis Mutualisme Antara Tanaman Legume Dengan Bakteri Bintil Akar Tanaman (Rhizobium)

PEMBAHASAN

1.       Pengertian Tanaman Legume
Tanaman Ieguminoseae adalah tanaman polong-polongan dengan sistem perakaran yang mampu bersimbiosis dengan bakt en rhizobium dan membentuk bintil akar yang mempunyai kem ampuan mengikat nitrogen dan udara. Berdasarkan sifat pertumbuhannya, tanaman legum dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu legume menjalar, legum perdu, dan legum pohon. Sebagai tanaman rehabilitasi lahan legum memiliki beberapa faktor pend ukung antara lain: (1) cepat tumbuh, hingga banyak menghasilkan bahan organik dan pupuk hijau; (2) banyak mengandung nitrogen (N), hingga mampu menghasilkan hijauan makanan ternak dan menghasilkan makanan yang dapat diolah. Sement ara, sebagai tanaman penguat teras, tanaman legum harus mampu menghasilkan bahan organik, menghasilkan kayu bakar, serta dalam pertumbuhannya tidak mengganggu pertumbuhan dan produktivitas tanaman utama (Purwanto, 2007).
2.       Bintil-bintil Akar  pada Tanaman Legume
Bakteri-bakteri yang menimbulkan bintil pasa tanaman Leguminosa, yaitu bakteri bintil, dikelompokkan dalam  genus Rhizobium. Batang-batang Gram-negatif ini yang hidup bebas dalam tanah, tumbuh secara anaerob ketat dengan senyawa organic sebagai nutrein. Infeksi tumbuh-tumbuhan terjadi hanya pada rambut akar muda. Bakteri menerobos masuk pada / ketat pada ujung rambut akar dan tumbuh sebagai benang infeksi sampai ke dasarnya. Benang infeksi ini yang diliputi oleh membran selulosa kemudian menerobos dinding sel muda dari epidermis dan kulit akar. Kalau bakteri ini berjumpa dengan sebuah sel tetraploid dan jaringan kulit, maka sel ini dan sel-sel diplois yang ada di sekelilingnya terangsang untuk membelah, benang infwekinya bercabang dan membagi diri pada sel tetraplois. Percabangan ini menyebabkan jaringan kortek membesar yang dapat dilihat sebagai bintil. Bintil-bintil ini merupakan hasil poliferasi jaringan yang terangsang oleh Rhizobium dengan perantara sesuatu faktor pertumbuhan. Bakteri-bakteri ini amat cepat memperbanyak diri, tumbuh menjadi sel dengan bentuk tidak teratur ( bakterod ), dengan volume 10-12 kali lipat dari Rhizobium yang dapat bebas, dan akhirnya terletak dalam sitoplasma sel-sel tumbuh-tumbuhan sebagai sel-sel individual/dalam kelompok yang diselubungi oleh sebuah membrane. (Schlegel, 1994 ).
3.       Pengertian Bakteri Rhizobium
Bakteri rhizobium adalah salah satu contoh kelompok bakteri yang berkemampuan sebagai penyedia hara bagi tanaman. Bila bersimbiosis dengan tanaman legum, kelompok bakteri ini kan menginfeksi akar tanaman dan membentuk bintil akar di dalamnya. Rhizobium hanya dapat memfiksasi nitrogen atmosfer bila berada di dalam bintil akar dari mitra legumnya. Peranan Rhizobium terhadap pertumbuhan tanaman khususnya berkaitan dengan masalah ketersediaan hara bagi tanaman inangnya. Suatu pigmen merah yang disebut leghemeglobin dijumpai dalam bintil akar antara bakteroid dan selubung membrane yang mengelilinginya. Jumlah leghemeglobin di dalam bintil akar memeliki hubungan langsung dengan jumlah nitrogen yang di fiksasi (Rao, 1994).
Rhizobium yang berasosasi dengan tanaman legume mampu menfiksasi 100-300 kg N/ha dalam satu musim tanam dan meninggalkan sejumlah N untuk tanaman berikutnya. Permasalahan yang perlu diperhatikan adalah efisiensi inokulan rhizobium untuk jenis tanaman tertentu. Rizobium mampu mencukupi 80% kebutuhan nitrogen tanaman legume dan meningkatkan produksi anatara 10 % - 25%. Tanggapan tanaman sangat bervariasi tergantung pada kondisi tanah dan efektifitas populasi asli (Rahmawati, 2005).
4.       Pembentukan Simbiosis antara Rhizobium dengan Leguminose
Simbiosis antara Rhizobium dengan Leguminose dicirikan oleh struktur bintil akar pada tanaman inang (leguminoseae). Pembentukan bintil akar dimulai dengan sekresi produk metabolism tanaman ke daerah perakaran yang menstimulasi pertumbuhan bakteri. Proses pembentukan bintil akar di awaali dengan kolonisasi bakteri bintil akar di rhizosfer tanaman kacang-kacangan. Penelitian Chebotar et al.(2001) memperlihatkan kolonisasi B japonicum 5 hari setelah inokulasi pada tanaman kedelai terdapat pada ujung akar dan permukaan akar dekat ujung akar.Tchebotar et al, (1998) mengatakan Koinokulasi antara A. lipoferum T1371 dan R. leguminosarum pada tanaman clover white, menunjukkan terjadinya kolonisasi bakteri pada pangkal akar, akar sekunder pada rambut akar (Rahmawati, 2005).
Setelah terjadi kolonisasi pada akar oleh galur rhizobium yang cocok, proses infeksidan nodulasi terjadi lebih kurang sebagai berikut:
1. Deformasi (perubahan bentuk) bulu akar (yaitu membelok atau bercabang), mungkin sebagai respon terhadap etilen, yang dirangsang oleh IAA.
2. Pembentukan benang infeksi untuk mentransfer sel-sel bakteri ke dalam korteks akar
3. Pelepasan bakteri ke dalam sel-sel korteks
4. Pembentukan meristem bintil dan perluasan bintil dengan pembelahan sel-sel korteks.
5. Pembesaran sel-sel korteks yang terinfeksi di bagian dalam bintil
6. Dalam bintil yang lebih tua, hilangnya selubungg bakteroid (bakteri bintil) dan aktifitas nitrogenase dengan dimulainya proses penuaan (Gardner, 1991).













DAFTAR PUSTAKA

Gardner, FP et al. Fisiologi Tanaman Budidaya. 1991. UI Press. Jakarta.
Purwanto, Imam. 2007. Mengenal Lebih Dekat Leguminoseae. Kanisius: Yogyakarta.
Rahmawati, N. 2005. Pemamfaatan Biofertilizer Pada Pertanian Organik. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera
Utara Press: Medan.
Rao, Subba. 1994. Mikroorganisme Tanah dan Pertumbuhan Tanaman. UI Press: Jakarta.
Schlegal, Hans. 1994. Mikrobiologi Umum.Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Komentar